adipraa.com - Beberapa hari lalu, saya melihat di timeline instagram, seorang pemilik kos menggerebek kamar seorang penghuni yang diduga mengidap hoarding disorder. Video itu menunjukkan kamar yang penuh sesak dengan barang-barang hingga sulit untuk berjalan. Kejadian ini membuat saya penasaran tentang apa itu hoarding disorder dan bagaimana dampaknya pada kehidupan seseorang. Yuk, kita bahas!
Hoarding Disorder: Ketika Menyimpan Barang Menjadi Masalah Serius |
Hoarding disorder, atau gangguan penyimpanan, adalah kondisi di mana seseorang sulit banget untuk membuang barang-barang yang sebenarnya nggak lagi dibutuhkan. Meskipun ada orang yang suka menyimpan barang-barang karena alasan sentimental atau ekonomi, orang dengan hoarding disorder punya dorongan kuat untuk menyimpan barang sampai menumpuk banyak banget. Akibatnya, tempat tinggal mereka jadi berantakan dan nggak sehat, yang pastinya mempengaruhi kualitas hidup mereka.
Gejala utama hoarding disorder adalah nggak mampu membuang barang, meskipun barang itu nggak punya nilai atau kegunaan lagi. Orang dengan gangguan ini biasanya merasa cemas atau stres kalau disuruh membuang barang-barangnya. Rumah mereka jadi penuh dengan barang-barang menumpuk sampai ruang-ruang seperti dapur atau kamar tidur nggak bisa dipakai sesuai fungsinya. Mereka juga sering merasa malu dengan kondisi rumahnya dan enggan mengundang orang lain untuk berkunjung.
Penyebab hoarding disorder belum sepenuhnya dipahami, tapi para ahli percaya bahwa faktor genetik, lingkungan, dan psikologis ikut berperan. Misalnya, kalau ada riwayat keluarga dengan hoarding disorder atau gangguan kecemasan lainnya, seseorang lebih rentan mengembangkan gangguan ini. Pengalaman hidup yang sulit atau trauma emosional juga bisa memicu hoarding disorder. Selain itu, gangguan ini sering dikaitkan dengan masalah kesehatan mental lainnya, seperti depresi, kecemasan, dan ADHD.
Dampak hoarding disorder bisa sangat serius. Selain membuat lingkungan hidup jadi nggak sehat dan nggak aman, gangguan ini juga bisa mengganggu hubungan sosial dan keluarga. Orang dengan hoarding disorder sering merasa terisolasi karena malu dengan kondisi rumahnya dan takut dihakimi. Mereka juga bisa menghadapi masalah hukum atau perumahan kalau tempat tinggalnya dianggap nggak layak atau melanggar peraturan keselamatan.
Karena saya bekerja di bidang rekam medis, mari kita bahas kode ICD-10 dari hoarding disorder. dalam kode ICD-10, dikelompokkan di bawah kode F42 sebagai bagian dari gangguan obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder). Kode F42.3 secara spesifik digunakan untuk hoarding disorder atau gangguan penimbunan.
Pengobatan hoarding disorder butuh pendekatan yang melibatkan terapi psikologis, obat-obatan, dan dukungan dari keluarga serta teman-teman. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah salah satu bentuk terapi yang paling efektif. CBT membantu seseorang mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang mendasari hoarding. Terapi ini juga mengajarkan keterampilan organisasi dan pengambilan keputusan yang bisa membantu mereka membuang barang-barang yang nggak diperlukan dengan lebih mudah. Dalam beberapa kasus, obat-obatan seperti antidepresan bisa diresepkan untuk mengatasi gejala kecemasan atau depresi.
Selain terapi dan obat-obatan, dukungan dari keluarga dan teman-teman sangat penting. Mereka bisa memberikan dukungan emosional, membantu dengan tugas-tugas pembersihan, dan mendorong individu untuk tetap berkomitmen pada rencana perawatan mereka. Kelompok dukungan juga bisa sangat membantu, memberikan kesempatan bagi seseorang untuk berbagi pengalaman dan belajar dari orang lain yang menghadapi masalah serupa.
Penting banget untuk meningkatkan kesadaran tentang hoarding disorder dan mengurangi stigma yang sering dikaitkan dengan gangguan ini. Dengan memahami bahwa hoarding disorder adalah kondisi kesehatan mental yang serius dan membutuhkan perawatan, kita bisa memberikan dukungan yang lebih baik kepada mereka yang terpengaruh dan membantu mereka mencapai kehidupan yang lebih sehat dan lebih teratur.
yes aku juga liat beritanya, kagett banget, ada yang lebih parah dari aku ternyata :D
ReplyDeletetapi ini parah banget, kosan bisa rusak kayak gitu, kasurnya aja sampe ga keliatan, yaampunn.
Ternyata ada ya "kelainan" kayak gini, baru tau aku dan ada istilahnya juga
mungkin udah jadi kebiasaan dari kecil kali ya, untuk sayang kalau buang barang bekas gitu yang sekiranya udah ga bisa dipakai, ditumpuk-tumpuk terus
Yg berita kemarin itu memang parah sih. Aku aja ngeliatnya lgs stress duluan. Sebagai minimalis melihat banyak barang malah bikin pusiiing 🤣.
ReplyDeleteTp dulu itu mertuaku juga sama mas. Sukaaaaa numpuk barang. Apapun ada.. Jd ada ruangan2 yg malah kotor banget saking bertumpuk barang.
Trus pas mama mertua meninggal kami beresin deh barang2 nya. Ternyata ada peralatan rumah dan badan, macam. Odol, sabun, parfume, shampoo dlk, yg semuanya udah expired dan itu buanyaaaaak byangetttttt ðŸ˜. Ya allah pas buang aku kayak mau nangis, macam ga rela. Sebanyak itu kami buang. Ga ngerti kenapa dibeli kalo ternyata ga di pake sampe expired. 😞