adipraa.com - Kalau sebelumnya kita sudah membahas tentang Kuncung, bangunan terdepan dari rumah tradisional jawa. Info Acak Tentang Rumah Tradisional Jawa Part 2 kali ini akan kita bahas ruangan berikutnya yakni "Pringgitan". Kuy, kepoin!
Info Acak Tentang Rumah Tradisional Jawa: Pringgitan (Part 2) |
Dalam arsitektur rumah tradisional Jawa, terdapat sebuah ruangan yang memegang peranan khusus, menghubungkan antara aspek kehidupan lahiriah dengan batiniah, yaitu "pringgitan". Ruangan ini berada di antara pendhapa (ruang depan) dan dalem ageng (ruang dalam) dalam rumah Jawa tradisional. Pringgitan bukan hanya sekadar ruang fisik, tetapi juga membawa makna filosofis yang dalam, mencerminkan hubungan kompleks antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Secara fisik, pringgitan berada di tengah-tengah rumah dan merupakan ruang peralihan antara pendhapa dan dalem ageng. Ini tercermin dalam desain ruangannya yang sering memiliki tata letak dan ornamen yang berbeda dari bagian lain rumah. Pringgitan sering dihiasi dengan ukiran kayu yang indah dan motif-motif tradisional, menciptakan suasana yang khas dan estetis. Atap pringgitan cenderung lebih rendah daripada atap pendhapa dan dalem ageng, memberikan kesan intim dan khusyuk.
Namun, lebih dari sekadar desain fisiknya, pringgitan memiliki makna filosofis yang dalam. Ruangan ini mewakili peralihan antara dunia lahiriah dan batiniah, mencerminkan keseimbangan antara alam fisik dan spiritualitas dalam kehidupan manusia. Pringgitan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga harmoni dan keseimbangan antara dunia luar yang seringkali sibuk dengan dunia dalam yang lebih tenang dan reflektif.
Pringgitan juga menjadi ruang untuk berbagai acara dan upacara adat. Ini adalah tempat di mana keluarga berkumpul untuk mengadakan pertemuan penting, seperti rapat keluarga, diskusi, atau acara adat. Pringgitan juga sering digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara keagamaan, seperti kenduri atau doa bersama.
Keberadaan pringgitan sebagai ruang peralihan antara pendhapa dan dalem ageng mengandung makna bahwa dalam setiap pertemuan atau upacara, ada elemen peralihan yang mencerminkan transformasi dan perubahan dalam kehidupan manusia.
Selain makna sosial, pringgitan juga memiliki dimensi spiritual yang kuat dalam pandangan masyarakat Jawa. Ruangan ini sering dianggap sebagai tempat untuk bermeditasi, merenung, dan berhubungan dengan dimensi batin. Pringgitan menjadi tempat yang cocok untuk mencari kedamaian dan koneksi dengan yang lebih tinggi. Pandangan ini mencerminkan kepercayaan bahwa ruang fisik dapat memfasilitasi koneksi spiritual, dan pringgitan memainkan peran penting dalam memfasilitasi interaksi manusia dengan alam batin. Di era modern, nilai dan makna dari pringgitan bisa terabaikan. Pengaruh urbanisasi, perubahan gaya hidup, dan perubahan preferensi arsitektur dapat mempengaruhi cara masyarakat memandang dan memanfaatkan ruangan ini.
Oleh karena itu, penting untuk terus melestarikan dan menghormati makna serta nilai-nilai dari pringgitan. Upaya pendidikan dan revitalisasi budaya dapat memastikan bahwa pringgitan tetap dihargai dan digunakan sesuai dengan tujuan sejatinya.
Pringgitan bukan hanya sebuah ruang fisik di rumah tradisional Jawa, tetapi juga cerminan dari kompleksitas kehidupan dan hubungan manusia dengan alam serta spiritualitas. Dalam pringgitan, kita menemukan tempat di mana ruang fisik dan dimensi batin saling berdampingan, menciptakan kesempatan untuk merenung, berinteraksi, dan merayakan aspek-aspek berharga dalam budaya dan filsafat Jawa.
Hai, Terima Kasih artikelnya bagus sekali. BTW Salam sesama blogger saya pingin berteman dan follow blog sampean :)
ReplyDeletemashilman,blogspot,com
Hallo, terimakasih sudah berkunjung, mari berteman. Happy blogging!
Delete