Saturday, 9 February 2019

Diary of Onthel Rider #4: Ngonthel ke Spot Jogja Yang Namanya Disebut Dalam Lantunan Lagu

adipraa.com - Salam onthelis Jogja! Suasana Jogja itu mampu memberikan inspirasi dalam bermusik. Pesona dari sudut-sudut kota Jogja pun bersinergi dalam lirik-lirik lagu yang mungkin bisa menghipnotis para pendengarnya. Dan beberapa harmonisasi lirik tentang Jogja ini apabila didengarkan dapat merasuk dan mengaduk-aduk kenangan yang akhirnya rasa rindupun menggebu untuk menghampiri kota yang katanya "istimewa" ini. 

Okey sahabat! Dalam artikel kali ini, saya ingin sedikit mereview tentang spot-spot di Jogja yang namanya disebut dalam lantunan lagu. Berbekal keliling Jogja menggunakan sepeda onthel, saya ingin berbagi beberapa spot di Jogja yang namanya disebut dalam lirik lagu.

Dimana aja sih lokasi di Jogja yang menginspirasi para musisi dan menyulapnya ke dalam lantunan lagu? Simak ya gaes, semoga bisa mengobati rasa rindu dan selalu membuat ingin kembali ke Jogja:

Sayidan 

Gang gelap dibalik ramainya Jogja, itulah deskripsi dalam lirik lagu sebuah kampung yang terletak di pinggir sungai di tengah kota Yogyakarta. Sayidan, tempat dimana sebuah band yang beranggotakan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik dan Yoyo' lahir. Yup, band itu bernama Shaggydog. Band ini mempopulerkan kampung mereka lewat lagunya yang berjudul "Di Sayidan".
Jembatan Sayidan | adipraa.com
Jembatan Sayidan

Bicara tentang Sayidan, ada beberapa spot menarik di wilayah Sayidan yang bisa sahabat kunjungi. Salah satunya adalah Jembatan Sayidan. Jembatan yang menghubungkan antara Jalan Pangeran Senopati dengan Jalan Sultan Agung ini perlahan-lahan mulai dikenal luas seiring dengan kemunculan lagu “Di Sayidan” oleh Shaggydog. Historisnya, Jembatan Sayidan ini awalnya digunakan sebagai gerbang masuk pusat kota atau ibukota wilayah Kraton Kasultanan Yogyakarta dari sisi timur.
Bangunan rumah tua yang menyerupai gereja | adipraa.com
Bangunan rumah tua yang menyerupai gereja

Spot lain yang tidak kalah kece di kawasan Sayidan ini adalah adanya bangunan rumah tua yang menyerupai gereja. Bangunan bergaya eropa ini awalnya digunakan sebagai tempat tinggal dan usaha pembuatan batik oleh pemilik rumah. Tetapi karena pemiliknya telah meninggal, rumah tersebut akhirnya menjadi rumah kosong dan anak-anaknya tidak ada yang melanjutkan usaha tersebut. Meski telah lama kosong tak berpenghuni, bangunan ini tetap berdiri kokoh dengan pesonanya yang unik.

Malioboro

"Ada lagu yang indah di Malioboro, lagu cinta tentang engkau dan aku. Ada sajak yang indah di Malioboro, sajak cinta tentang engkau dan aku". 

Pernah dengar lirik lagu itu ga gaes! Itulah kenangan paling indah yang hendak Doel Sumbang utarakan lewat lagunya yang berjudul Malioboro. Ya, ubun-ubunnya Kota Jogjakarta ini memang memiliki magnet yang luar biasa, apalagi yang punya kenangan manis di Spot Jogja satu ini. Jalan ini dikenal dengan keramaiannya baik itu diwaktu siang maupun malam. 
Jalan Malioboro | adipraa.com
Jalan Malioboro

Sebuah jalan yang menjadi kawasan perbelanjaan legendaris kebanggaan kota Yogyakarta ini penamaannya berasal dari nama seorang anggota kolonial Inggris yang bernama Marlborough. Kalau berkunjung ke Malioboro, mampirlah untuk mendokumentasikan diri bersama papan nama bertuliskan "Jl. Malioboro". Sebuah papan nama jalan yang berada di ujung utara dekat rel kereta api ini paling ramai dipakai untuk berfoto. Kalau musim libur, papan nama satu ini femes-nya melebihi artis-artis ngetop papan atas lho, banyak yang antri untuk berfoto bersamanya. Mbah'O (Sebutan Sepeda Onthel milik saya) pun ikut eksis bersama papan nama Jalan Malioboro.
Baca cerita ngonthel di Jogja lainnya disini: Ngonthel Ke Candi Gebang
Oiya gaes, buat yang ingin bersepeda di kawasan Malioboro, Yogyakarta menghadirkan fasilitas sewa sepeda gratis yang bisa digunakan untuk keliling Malioboro. Info selengkapnya mungkin bisa kalian lihat di blog sahabat saya, Mas Andi Nugraha, baca aja di artikelnya yang berjudul "Fasilitas Sewa Sepeda Gratis di Kawasan Malioboro Yogyakarta".

Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg | adipraa.com
Benteng Vredeburg
Dari Malioboro, arahkan perjalanan ke selatan. Kalau pol mentok kamu akan menemui Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Dan jikalau berhenti sebelum perempatan yang familiar disebut dengan "Titik Nol", kamu akan mendapati bangunan benteng yang dulu menjadi panggonane londo. Bangunan cagar budaya ini bernama "Benteng Vredeburg". Spot di Jogja satu ini pun tak luput disebut namanya dalam lirik lagu yang berjudul "Ngajogjakarta" yang dipopulerkan oleh Genk Kobra.

Pada abad ke-19, Kolonial Hindia Belanda mendirikan Benteng Vredeburg sebagai pusat aktivitas pemerintahan. Benteng ini didirikan sekitar tahun 1765 dan sekarang benteng tersebut dikenang menjadi sebuah museum yang dibuka untuk wisata publik.
Senam di depan Benteng Vredeburg | adipraa.com
Senam di depan Benteng Vredeburg

Buat yang mencari lokasi senam di Jogja, di depan Benteng Vredeburg ini tepatnya di ujung selatan Jalan Malioboro dipakai untuk senam tiap minggu pagi. Mari bergerak! Beraktivitas fisik untuk menjaga kebugaran dan kesehatan.

***

Oke gaes! Sekian cerita "Ngonthel ke Spot Jogja yang namanya disebut dalam lantunan lagu" kali ini, cerita sederhana, sesederhana kamu mengenal Jogja. Mengutip lagi lirik lagu milik Everyday, mereka mengatakan bahwa Jogja itu menyimpan banyak cerita kisahku, kisahmu, dan kisah mereka. Share yuk cerita kalian tentang pengalaman main ke Jogja di kolom komentar artikel ini. Dan pertanyaan penutup, Kapan ke Jogja Lagi? FIN.
<
Previous Post
Next Post
Related Posts

49 comments:

  1. Setiap lewat jalan di seputar sayidan, selalu menyempatkan diri melongok ke bangunan seperti gereja. Penasaran pengen mendekat tetapi kok blm kesampaian... 😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Disempatkan mbak, ntar ngeces lho... Semoga segera kesampaian. Amin

      Delete
    2. Sekalian tak kasih tau khususnya buat neng Sapti bahwa mang Heru aggota Shaggydog Band tea teh sepupu jauh saya loch... Lagu Sayidan juga idenya dari saya.

      semoga para blogger yang lewat kesinih percaya sama sayah....


      aaaamiiiin

      Delete
  2. Wah.. saya pengen sekali bisa ke sana.... tapi gak pinua modal

    ReplyDelete
  3. Wah asyik emng mas kl ngontel d jogja.aku biasanya naik vespa.. kebetulan vespaku gbs banter jd bs menikmati suasana kota jogja..
    Itu gereja gothic skrng ud direnov mas..kyknya pemiliknya ud mulai open haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, saya malah ga tau kalo udah direnov mas. Ketinggalan berita berarti sayanya mas. Terimakasih infonya ya mas Aldhi

      Delete
    2. iya mas, udah dicat lagi terkahir aku liat 3 hari lalu,
      sepertinya emang mau dibuka buat umum dan agar terlihat gak suwung hehee

      Delete
    3. Yup, betul ...
      Sekarang temboknya di cat warna abu-abu, atap menaranya di cat hitam, list jendelanya warna putih.
      Tampil ketje seperti kerajaan di buku dongeng.

      Kemarin aku lewat Sayidan hehehe

      Delete
  4. Wih, pas bingits nih aku kan baru aja pulang dari halan2 ke Jogja. Sempat fotoan di bawah tiang bertuliskan Jl. Malioboro hahahah padahal ga niat, pas lewat aja cuma antri 2 orang wkwkwkw. Pernah juga ke Benteng Vredeburg. Kalo ke Jogja jadi dekat ya kan sudah ada tol baru. Rasanya ga bosan2, banyak jajanan dll murce2.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo halan2 ke Jogja lagi Mbak Nurul Sufitri :)

      Delete
  5. Jadi kangen ke Jogja...huhu...Malioboro meski gitu2 aja tetep masuk daftar wajib dikunjungi kalo pas ke Jogja haha.. Apalagi ada seea sepeda gratis yak.. mau lah dicoba kalo pas ke Jogja.

    ReplyDelete
  6. nah .. kampung Sayidan itu yang masih belum tau di mana... cakep dan unik rumah pengusaha batik itu ya
    harus balik Jogja lagi nih...

    ReplyDelete
  7. Yah..saya baru ke Malioboro nih..yg 2 lagi blm pernah.. kapan2 main juga ke sana ah..

    ReplyDelete
  8. Sayidan ini aku belum tahu. Pasti seru bersepeda keliling Jogya dan memandangi bangunan-bangunan kuno.

    ReplyDelete
  9. Seru juga ya keliling Yogya dengan menggunakan sepeda onthel seperti itu. Tapi sekarang Malioboro itu lebih enak jalan kaki sekalian bisa jajan dan cuci mata juga ya.

    ReplyDelete
  10. "Di Sayidan, di jalanan, tuangkan air kedamaian,"

    Suka sama lagu ini, gak nyangka tempatnya juga bagus.

    ReplyDelete
  11. KaTanya klao ke jogja blum sah klo blum foto di malioboro

    ReplyDelete
  12. Begitu berkesannya kota Gudeg ini sehingga lahir banyak lagu dari para seniman. Jadi bisa cari inspirasi destinasi wisata dari lagu-lagu jadinya. Sayangnya saya hanya kenal Yogjakarta lewat Lagu Katon Bagaskara hehehe..

    ReplyDelete
  13. SELAIN memang sangat mempesonakan spot-spot yang ada, mamang mah malah fokus ke onthelnya yang unik dan pasti mahal harganya kalau mamang pengen beli yah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya cuma punya itu atu2nya mang, jangan dibeli ya. Tapi di Jogja harga sepeda onthel masih terjangkau kok.

      Delete
    2. Onthel bisa dilipat ndak mas?


      *** kabur ke Sleman ***

      Delete
    3. Kalo yang bisa dilipat itu sepedanya Mas Dwisu, namanya Seli... Sepeda lipat.

      *** kabur ke hatimu ***

      Delete
    4. Kirain Serly mas, Serepeda Lypad..


      *** jangan kabur ke hatiku mas ***

      Delete
  14. asik banget naik onthel keliling tempat wisata. Di yogya memang asik sih kalau naik onthel banyak juga yang naik, pasti pakai blangkon ya mas pas naik onthel heheheh

    ReplyDelete
  15. sayidan, nama yang asing bagi saya walau pernah singgah bertahun-tahun disana. Kalau daerah keraton sepertinya sudah saya jelajahi semuanya, sayidan ah apakah saya terlewatkan.

    ReplyDelete
  16. Jogja selalu punya cerita. Dan, selalu ingin kembali mengunjunginya... 😊😊

    ReplyDelete
  17. kayaknya malioboro sering banget di sebut dalam lagu. selain populer karena suasana tempat belanjanya, pokoknya kayak indonesia bangetlah suasananya. bikin nyaman dan betah berlama-lama.

    ReplyDelete
  18. Shaggy Dog ini memang sukses besar mempopulerkan Jembatan Sayidan lewat lagunya sih.
    Liriknya mudah diingat, musiknya cenderung ceria, jadi sekali mendengar pasti orang sudah mampu melafalkannya kembali.

    Btw, itu beneran rumah sebesar itu dibiarkan kosong?

    ReplyDelete
  19. Ngonthel di yogja nampaknya enak ga kayak dikota saya yang semerawut,,,,

    ReplyDelete
  20. Sepedahan Ngonthel di Jogja pasti sensasinya berbeda. Siapa tau tercipta karya seni baru karena pengalaman inin

    ReplyDelete
  21. Sekarang jogja semakin macet mas, beda di jaman saya saat kuliyah di jogja [96-an] ... mungkin pake ontel bisa mengatasi saat jalanan macet , isoh zig zag seperti sifha ... tapi harus siap2 uang untuk ngisi BBM .. soto atau lotek he he he ...

    ReplyDelete
  22. Ya amppuunn, aku sering nyanyiin itu lagu dulu, tapi baru tau itu nama tempat di jogja hahaha

    ReplyDelete
  23. Aku belum pernah ke Sayidan dan foto di depan rumah dengan model ala Eropa. Nunggu sepi gak sih kalo foto-foto di sana, kayaknya selalu rame karena jadi spot foto menarik

    ReplyDelete
  24. Sampe sekarang belum nyampe juga jalan jalan ke sayidan, walopun sudah berkali kali ke jogja

    ReplyDelete
  25. Mas kalau pakai sepeda Ontel gitu di jalan ramai pakai helm nggak mas..soalnya jarang liat pesepeda onthel pakai helm padahal dijalan yang ramai.

    ReplyDelete
  26. Saya masih penasaran sama kampung Sayidan. Pol-polan sampai sekarang cuma bludas-bludus lewat dan baca tulisan Sayidan di pinggir jalan tok. Oh, itu rumah to mas? Tak kira gereja. Dari beberapa kepsyen yang sempet tak baca, kayak e nyebut e juga pada gereja tua gitu. Bukan rumah xD

    Sempet pengen nyoba sepeda gratis di Malioboro, tapi nggal nemu

    ReplyDelete
  27. Banyak lagu yang mengabadikan Jogja ya. Spot-spot dalam lagu itu juga sepertinya memorable dan layak untuk dikunjungi. Kalo mas Adi ngonthel, aku pilih jalan ke spot-spot itu dengan jalan kaki aja.

    ReplyDelete
  28. Wahh mampir ke ketandan mas, katanya lagi rame banget :D

    ReplyDelete
  29. Baca tulisan ini, bolehkah saya sebut Jogjakarta itu gudang nostalgia? tempat merindu asa yang belum kesampaian. *ya baim kok jadi curcol. wkwkwk

    Itu bangunan rumah kaya gereja itu, oleh pemerintah kenapa yang dibeli dari pemiliknya? Dijadikan galeri gituh.. Biar keindahannya tetap terjaga dan pasti makin menarik. :)

    ReplyDelete
  30. aku dulu pernah masuk sampe ke bawah2, mblasak eh tiba2 nongol di dekat klenteng itu. wkwkw

    ReplyDelete
  31. Salam kenal, mas.
    Wah, Jogja memang setiap sudutnya ngangenin. Beberapa tahun tinggal di Jogja, nggak pernah bosan main ke Malioboro dan berkunjung ke spot-spot menarik di sana. Kalau Sayidan, cuma lewat jembatannya dan makan di warung deket situ. Belum kesampean mblusuk ke kampungnya :D
    Ini sih jadi wajib diagendakan buat nostalgia'an ke Jogja

    ReplyDelete
  32. Jogja jadi inspirasi musisi dalam menuliskan lagu, baru kemarin dengar Kla Project di tivi menyanyikan suasana Jogja

    ReplyDelete
  33. Dulu rumah gotiknya kayaknya tertutup gedung yah? Susah untuk melihatnya dari dekat. Cuma bisa lihat siluetnya dari jembatan sayidan. Sekarang kayaknya udah dipugar gedung di depannya jadi bisa lihat lebih dekat.

    ReplyDelete
  34. Aku paling seneng lagune.. Bila kau datang dari selatan langsung saja menuju gondomanan. Belok kanan sebelum perempatan... 😆😆

    ReplyDelete
  35. suatu hari kalau ke jogja lagi mau jalan2 ke Sayidan. kalau baca cerita2 tentang jogja serasa rindu jogja.. hihi.

    ReplyDelete
  36. seru ya kalo bisa explore sudut2 jogya sambil ngonthel gini, apalagi kalau ada jasa open trip wisata jogya sambi nggowes

    ReplyDelete
  37. Postingannya asyik...jadi bisa nyanyi2 sambil mbaca.. khususnya lagu yang ke 2. Ngetop jaman aku kecil, sering wira wiri diputer di TVRI

    ReplyDelete
  38. Seru juga tuh sepedaan di Jogja. Mungkin kalo nanti ke Jogja, bisa saya coba tuh.

    ReplyDelete
  39. apalah aku yang kelakuan seringnya naek ojol bolak balik kauman wk pengen juga bersepeda tapi rasa malas lebih gede wk btw salam kenal om..

    ReplyDelete