adipraa.com - Berawal dari melihat foto Kesenian Jathilan "Roso Tunggal" yang dibagikan kawan lama semasa sekolah putih biru, dia mengunggah melalui akun Instagramnya, sebuah foto pementasan Kesenian Jathilan yang rencananya akan diselenggarakan hari minggu (3/12) di Dusun Pondok, Condongcatur, Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta.
"Wah, lama ga nonton Jathilan!" gumam dalam hati. Dulu waktu kecil sering banget nonton pertunjukan menarik satu ini. Mumpung hari libur dan lokasinya dekat rumah, jadi bisa nonton ngajakin anak lanang. Harapannya agar anak lanang mampu melestarikan dan paling tidak dapat mengenal kebudayaan di tanah Jawa, tempat dimana dia dilahirkan. Wong Jowo ojo luntur Jowone!
Live Performance of Jathilan Roso Tunggal |
"Wah, lama ga nonton Jathilan!" gumam dalam hati. Dulu waktu kecil sering banget nonton pertunjukan menarik satu ini. Mumpung hari libur dan lokasinya dekat rumah, jadi bisa nonton ngajakin anak lanang. Harapannya agar anak lanang mampu melestarikan dan paling tidak dapat mengenal kebudayaan di tanah Jawa, tempat dimana dia dilahirkan. Wong Jowo ojo luntur Jowone!
FYI, Paguyuban Kesenian Jathilan Roso Tunggal adalah sebuah organisasi kesenian tradisional jathilan dari Padukuhan Pondok Kalurahan Condongcatur, Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta. Paguyuban ini didirikan sejak tanggal 25 November 1964 dan hingga sekarang paguyuban ini masih tetap eksis. Nama "ROSO TUNGGAL" artinya "SATU RASA" yakni persatuan warga Pondok dan sekitarnya yang nguri-uri Kebudayaan Jawa lewat Kesenian Jathilan.
Bagi masyarakat Jogja, pasti sudah tak asing lagi mendengar nama salah satu kesenian Jawa yang disebut "Jathilan". Sebuah kesenian tradisional yang menyajikan pertunjukan seni tari dengan properti berupa kuda-kudaan dari anyaman bambu (kuda lumping). Atraksi seni tari ini diiringi musik gamelan dan lantunan suara sinden.
Kesenian Jawa satu ini juga memasukkan unsur magis dimana di tengah atraksi para pemain Jathilan akan kerasukan roh halus atau biasa disebut "Ndadi". Sesuai dengan asal kata "Jathilan" yang berasal dari kalimat bahasa Jawa "Jaranne Jan Thil-thilan Tenan" atau dalam bahasa Indonesia diartikan "Kudanya benar-benar goyang tak beraturan". Disinilah letak keistimewaan kesenian tradisional Jawa satu ini. Saat para pemain "Ndadi", mereka akan melakukan gerakan atraksi yang tak dapat dicerna oleh akal manusia. Atraksi tersebut antara lain memakan kembang dan dedaunan, bahkan ada yang berbahaya seperti memakan beling (pecahan kaca) dan silet. Ngeri!
Saya berangkat jam 11 siang naik motor bersama anak lanang, meski datang molor satu jam dari jadwal, ternyata acaranya belum dimulai. Di tengah panggung yang masih sepi terlihat sebuah sajen berupa aneka kembang (bunga) dan hio (dupa cina) yang dipasang oleh pawang "Jathilan" sebagai ritual sebelum acara dimulai. Sajen lain yang dipersiapkan dalam pertunjukan ini berupa sego golong (nasi bulet), aneka jenis minuman, aneka buah dan lain sebagainya.
Setengah jam menunggu, akhirnya pertunjukan "Jathilan" mulai beraksi. Diawali dengan tarian lemah gemulai dari para pemain Jathilan yang membawa kuda lumping. Tarian ini sebenarnya menceritakan kisah perjuangan para prajurit berkuda pimpinan Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda. Sebuah hiburan rakyat yang juga digunakan sebagai media mempersatukan rakyat dalam melawan penindasan pada masa kolonial Belanda.
Ketika tarian kuda lumping berlangsung, kemudian muncul tiga orang penari lain yakni dua orang memakai topeng buto dan satu orang lagi memakai topeng barongan. Alunan gamelan pun lama kelamaan mulai dimainkan dengan cepat. Terlihat para pemain menari dengan berkumpul menuju satu titik dimana di tengah-tengah terdapat pemain barongan bersama sang pawang yang sedang komat-kamit seperti membaca sebuah mantra. Tak lama kemudian, para penari pun terpental jatuh ke tanah.
Seiring berjalannya pertunjukan, akhirnya para pemain Jathilan pun mulai "Ndadi" dan gerakan tariannya pun mulai tidak teratur. Mereka tidak sadar dengan apa yang diperbuat. Disela tarian yang tidak teratur, sesekali para pemain mencelupkan kepalanya di dalam ember berisi air kembang. Jaranne jan thil-thilan tenan....
Pawang Jathilan |
Sang pawang pun mengatur jalannya pertunjukan dengan membawa sebuah cambuk atau pecut. Sesekali pecut yang dibawanya dimainkan hingga berbunyi. Nantinya pawang inilah yang akan menyembuhkan para penari yang "ndadi" karena kerasukan.
Melihat Kesenian Jathilan "Roso Tunggal" berakhir ketika anak lanang bosan dan minta pulang. Oke, sekian cerita kali ini. Jika berkenan, silahkan subcribe by email blog ini. Dan jangan lupa like dan share-nya juga ya. Maturnuwun. Hak'e Hokya....
Kalo di daerah saya namanya kuda kepang mas
ReplyDeletekarena kami orang yang keturunan jawa di sumatera masih tetap melestarikan ini
kalo kata bapak saya bisa melepas rindu pulau jawa
biasanya ini diadakan saat ada acara kitanan dan beberapa acara desa
yg seperti ini memang harus lestari, supaya tetap terjaga dan tak hilang oleh komodernan jaman
jgn sampai generasi selanjutnya hanya melihat ini dalam buku saja, tnpa tau aslinya.
Sudah lama sekali tidak melihat kesenian kuda lumping! :D
ReplyDeleteSemoga kesenian daerah seperti ini terus dilestarikan oleh anak muda ya. :)
Pernah nonton kala tinggal di magelang, seru dan agak seram liatnya
ReplyDeleteagak serem kalau nonton kuda lumping, tapi jujur seru sih, bisa gratis liatin orang makan beling, jarang2 kan tuh, hihi
ReplyDeleteOwh kuda lumping yah..serem sih pas kalau makan beling atau silet gitu, terakhir nonton waktu masih kecil :))
ReplyDeletemenaarik ceritanya..apalagi kuda lumpingnya
ReplyDeleteWah jathilan jaman aku SD sempat bikin trauma, karena suaranya pasti keras dan bisa seharian. Tapi tradisi semacam ini sudah tidak lagi dibudayakan, entah hampir 10th ga liat jathilan.
ReplyDeleteDi Malang beberapa kali saya lihat pertunjukan seperti ini... tapi saya nggak bisa lihat lebih dekat karena rame sekali penduduk yang nonton, trus juga kelihatannya ngeri. kalo di foto gini keliatan unik banget..
ReplyDeletekalau udah sadar, pasti kelelahan banget ya itu, kan berasa "ditempelin" makhluk halus. serem tapi kok ya penasaran pengen nonton :D
ReplyDeleteini pas transit di congcat liat balihonya
ReplyDeleteeh seru banget apalagi pas kalap2 itu
Diperumahan saya sering ada jatilan ngamen Mas...suka bikin anak anak pada kabur.
ReplyDeleteKuda lumping yang juga menyebutnya kuda kepang sering ada di daerah kami Lampung, biasanya pd moment2 seperti suroan
ReplyDeleteAku biasanya takut melihat jarak dekat suka ada yang mendekat pemeran kuda lumpingnya dalam keadaan kerasukan meski ada yg menjaga
Sudah lama tidak lihat beginian hahaja
ReplyDeleteKuda lumping merupakan kesenian daerah yang harus dilestarikan...saya suka dengan kesenian ini
ReplyDeleteJathilan itu alat musiknya mengikuti perkembangan zaman ya, tak jarang ada drumbmya segala.
ReplyDeletekalau main ke Jogja sering lihat Jathilan mas, kadang takut juga soalnya makan ayam mentah haha, dan kadang penonton bisa kerasukan hehe
ReplyDeleteJathilan itu sama kaya Jaran Kepang, ya? :D
ReplyDeleteAku takut klo nonton ini.. soalnya kayak pke ilmu hitam gitu tariannya. Pas kecil pernah lihat pemainnya makan pecahan kaca.
ReplyDeleteBelum pernah nonton langsung, selama ini hanya lihat di televisi saja atau di Youtube hehehe. Pengen bisa nonton langsung euy!
ReplyDelete